PEMILIHAN UMUM INDONESIA 2014 DAN PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL

Authors

  • Muhammad Edy susilo

DOI:

https://doi.org/10.47252/teniat.v2i1.239

Keywords:

Politik, Kempen, Indonesia, Media Sosial, Pemilihan umum

Abstract

Abstrak
Pemilihan umum merupakan salah satu Peristiwa penting yang akan menentukan arah perjalanan sebuah
negara. Ada 12 parti politik yang bertanding dalam pemilihan umum 2014. Pelaksanaan pemilihan umum
tidak dapat dipisahkan dengan media,kerana media menjadi salah satu cara bagi parti politik untuk
mendapatkan pemilih. Di Indonesia, hubungan antara politik dengan media menjadi lebih rumit kerana
sebahagian besar ahli politik parti juga merupakan pemilik media massa nasional. Sudah menjadi sifat
media, untuk selalu akan menyuarakan kepentingan pemiliknya. Namun, pada pemilihan umum 2014
ada fenomena yang menarik iaitu luasnya penggunaan media sosial, seiring dengan meningkatnya
penggunaan internet di Indonesia. Maka, kempen politik bergeser dari ruang fizik menuju ruang maya.
Jika pada pemilihan umum sebelum ini kempen politik selalu melibatkan massa yang besar, pawai atau
orasi di tempat, terbuka, namun kali ini kempen yang dilakukan adalah lebih bersifat individu. Kempen
dilakukan melalui telefon pintar, komputer riba dan gajet yang lain. Dengan media sosial, masyarakat
bukan lagi penonton yang pasif tetapi aktif. Masyarakat boleh menjadi penyampai maklumat dan bukan
hanya sebagai penonton, sehingga dominasi media massa konvensional runtuh. Salah satu fenomena
yang menonjol adalah munculnya Tokoh Joko Widodo, yang popular dengan nama Jokowi, sebagai salah
satu calon presiden dari Parti Demokrasi Indonesia Perjuangan. Jokowi berjaya menggunakan media
sosial untuk bekempen, walaupun partinya tidak memiliki media massa.

Abstract

General election is one of the crucial moments that will determine the development of a country. There
are 12 political parties competing in the 2014 Indonesian national elections. The elections cannot be
separated with the media, because political parties use media in their campaign to influence voters. In
Indonesia, the relationship between politics and the media becomes more complicated because most of
the party’s political elites are also the owner of the national mass media. It is the nature of media, to always
be voicing the interests of its owner. However, in the 2014 elections there is an interesting phenomenon:
the increasing use of social media, along with the increasing penetration of the Internet in Indonesia. Thus,
the political campaign shifted from physical space to the virtual space. If in the previous elections, political
campaigns always involve huge masses and rhetorics in the open space; in this election the campaign
carried more personal. Now, campaigns are conducted through smart phones, laptops and other gadgets.
With social media, people are no longer passive but active audience. People can be a message producer
and not just as an audience, so the conventional media dominance collapsed. One of the prominent
phenomenon is the rising popularity of the president candidates from the Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan, Joko Widodo, who is popularly known as Jokowi. Jokowi has successfully used social media
for the campaign, even though his political party does not have the mass media.

Downloads

Published

2014-06-30

How to Cite

susilo, M. E. (2014). PEMILIHAN UMUM INDONESIA 2014 DAN PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL. International Journal of Creative Future and Heritage (TENIAT), 2(1), 222–237. https://doi.org/10.47252/teniat.v2i1.239